Rabu, 09 Februari 2011

Hukum Merayakan Hari Valentine

Oleh: Al-Lajnah Ad-Da' imah lil Buhuts Al-'Ilmiyah wal Ifta'
Pertanyaan:
Al-Lajnah Ad-Da' imah lil Buhuts Al-'Ilmiyah wal Ifta' ditanya, “Setiap tahunnya, pada tanggal 14 Februari, sebagian orang merayakan Valentine's Day. Mereka saling betukar hadiah berupa bunga merah, mengenakan pakaian berwarna merah, saling mengucapkan selamat dan sebagian toko atau produsen permen membuat atau menyediakan permen-permen yang berwarna merah lengkap dengan gambar hati, bahkan sebagian toko mengiklankan produk-produknya yang dibuat khusus untuk hari tersebut. Bagaimana pendapat Syaikh tentang:
1.    Pertama, Merayakan hari tersebut?
2.    Kedua, Membeli produk-produk khusus tersebut pada hari itu?
3.   Ketiga, Transaksi jual beli di toko (yang tidak ikut merayakan) yang menjual barang yang bisa dihadiahkan pada hari tersebut, kepada orang yang hendak merayakannya?
Semoga Allah membalas Syaikh dengan kebaikan.

Senin, 15 November 2010

Berhari Raya Sesuai Sunnah


Idul Fithri dan Idul Adh-ha adalah pengganti hari raya yang pernah dirayakan oleh masyarakat jahiliyyah dahulu, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Dahulu masyarakat jahiliyyah memiliki dua hari  dalam setiap tahunnya, di mana mereka bersuka-ria di hari itu, maka ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, Beliau bersabda:
كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى * (النسائي)
“Dahulu kamu memiliki dua hari untuk bersuka-ria, dan Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik darinya, yaitu Idul Fithri dan Idul Adh-ha.”[i] (Shahih, diriwayatkan oleh Nasa’i)
Dalam berhari raya ada beberapa hal yang perlu kita ketahui:

Jumat, 20 Agustus 2010

Perangkap Istilah


Beberapa waktu lalu, seorang doktor bidang sosiologi agama dari Jepang datang kepada saya. Ia bermaksud melakukan penelitian tentang umat Islam di Indonesia.
Kata dia, banyak orang salah paham tentang kelompok Islam Fudamentalis di Indonesia. Karena itulah, dia ingin meluruskannya.

Senin, 28 Juni 2010

Yahudi dalam Fakta dan Al-Qur’an


Sekarang ini mendengar kata “yahudi” maka yang terlintas di kepala hanyalah kebobrokan demi kebobrokan kaum tersebut. Kejahatan, kebengisan, kelicikan, kecongkakan, pengingkaran, penjajahan, penjarahan, keras kepala dan rentetan keburukan yang lain selalu melekat di belakang nama kaum yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur’an juga menyebutnya dengan Bani Israil. Sejak dahulu sifat-sifat buruk tersebut telah melekat dan apa yang kita saksikan sekarang ini hanyalah lanjutan dari pendahulu-pendahulu mereka. Allah Subahanhu wa Ta’ala telah menegaskan dalam al-Qur’an:

“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. (QS. al-Isra’ : 4).

Minggu, 27 Juni 2010

Tampil Beda, Mengapa Tidak?


Tukang sihir, Majnun (baca : gila), pembohong, dan sederet gelaran dilontarkan oleh musyrik Quraisy kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Julukan-julukan tersebut diberikan kepada Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mulai mendakwahkan Islam yang sangat asing bagi mereka.